Selasa, 09 Juni 2009

Sekilas tentang al Ghozali

KEHIDUPAN AL GAZALI SEBAGAI SEORANG FILOSOF
Al Gazali menjalani hidup seorang sufi selama kurang lebih 10 tahun. Di dalam kesufiannya ia banyak menemukan jawaban terhadap hal-hal yang menjadi problem dalam dirinya, yaitu ingin mencari kebenaran. Ia berhasil menghimpun sebuah karya monumentalnya, yaitu Ihya’ Ulumuddin, suatau kitab yang berisi tentang pedoman hidup bermasyarakat, yang merupakan buku petunjuk bagi sementara kalangan dalam menjalani kehidupan di dunia dan akhirat .
Ia adalah seorang yang mempunyai pengaruh besar di dunia yang menjadikan tasawuf sebagai jalan mengenal Allah, sehingga banyak sekali yang ingin mengungkap dan mengkaji pribadinya, baik orang Barat maupun orang Timur. Dalam hal ini, Nur Cholish Madjid menngatakan bahwa Dunia Timur dikuasai oleh Al Gazali dan dunia Barat dikuasai oleh Ibnu Rusyd .Misalnya, A.J. Arbesy yang mengatakan bahwa Al Gazali di dalam kesufiannya selalu belajar dan menyusun serangkaian kitab yang di dalamnya menerangkan tentang aspek tatanan sufistik, meafisis, dan moral yang di dalamnya ia mencoba menunjukkan tasawuf kepada ajaran sunni, sembari membuktikan bahwa kehidupan seorang muslim di dalam pengabdian kepada Allah yang Esa takkan dapat dicapai sempurna, kecuali dengan mengikuti para sufi .

KONSEPSI FILSAFAT TASAWUF AL GHAZALI

Menurutnya, jalan menuju tasawwuf dapat dicapai dengan cara mematahkan hambatan-hambatan jiwa serta membersihkan diri dari moral yang tercela, sehingga kalbu lepas dari sesuatu selain Allah dan selalu mengingat Allah. Didalam tasawufnya Al-Ghozali memilih tasawuf sunni yang berdasarkan Al-Qur’an dan sunnah Nabi dengan doktrin ahlussunnah waljamaah. Dari faham tasawufnya itu ia menilai negative terhadap Sathonat. Menurutnya sathonat mempunyai dua kelemahan, yaitu kurang memperhatikan amal lahiriyah, hanya mmengungkapkan kata-kata yang sulit sipahami, mengemukakan kesatuan dengan Tuhan, menyatakan bahwa Allah dapat disaksikan dan sathonat merupakan hasil pemikiran yang kacau dan hasil imaginasi sendiri.
Al-Ghozali juga menolak fahan Hulul dan Ittihad, sebagai gantinya ia menghadirkan faham baru tentang ma’rifat, yaitu pendekatan diri kepada Allah (Taqorrub Ilaa Allah )tanpa diikuti penyetuan dengannya. Jalan menuju ma’rifat adalah perpaduan ilmu dan amal sedang buahnya adalah moralitas, ia menjadikan tasawuf sebagai sarana untuk berolah rasa dan berolah jiwa sampai pada ma’rifat yang membantu menciptakan ass’a

a. Pandangan Al-Ghozali tentang Ma’rifat.
Ma’rifat adalah jiwa taqorrub yang merupakan sesuatu yang diserap dan pengaruh dalam kalbu dan kemudian pada seluruh anggota badan. Menurut bahasa , Ma’rifat adalah pengetahuan yang tidak menerima keraguan lagi. Sedang menurut istilah sufi, ma’rifat adalah pengetahuan yang tidak menerima keraguan.
Di dalam kitab Al-Munkid Al-Ghozali menyebut Ma’rifat sebagai ilmu yaqini yaitu tersingkapnya sesuatu yang jelas, sehingga tidak ada ruang untuk ragu-ragu, takmungkin salah atau keliru. Disisi lain ia mengatakan bahwa Ma’rifat adalah mengetahui rahasia Allah dan peraturan-peraturannya tentang segala yang ada. Sedang sarana ma’rifat seorang sufi menurutnya adalah kalbu bukan perasaan dan bukan pula akal budi. Kalbu menurutnya bukanlah bagian tubuh yang terletak pada bagian kiri dada seorang manusia. Jadi kata kalbu dapat berarti dua macam, yaitu dalam arti jasmani dan rohani,. Sedangkan kalbu sebagai sarana ma’rifat menurut Al-Ghozali adalah dalam pengertian kalbu yang kedua yaitu dalam arti rohani. Kalbu menurutnya bagaikan cermin, sementara ilmu adalah pantulan realitas yang ada didalamnya .Jadi jika kalbu tidak beningadalah hawa nafsu tubuh, sedang ketaatan kepada Allah serta keterpalingan dari tuntunan hawa nafsu itulah yang justru membuat kalbu berlinang dan cemerlang .
Ma’ rifat yang hakiki adalah ma’rifat yang diperoleh melalui ilham. Ilham dapat dikatakan sebagai ilmu pengetahuan yang diberikan Tuhan secara langsung kepada manusia-manusia tertentu tanpa proses pengetahuan dan penalaran atau proses belajar. Jika pengetahuan indra dan pengetahuan akal sangat tergantung pada keadaan dan kesadaran seseorang maka mungkin keadaan dan kesadaran yang lebih tinggi telah dicapai oleh kawan, yang dalam keadaan tertenu dapat menyaksikan hal-hal yang berlainan dengan apa yang dicapai oleh akal.
Jadi menurut Al Gazali, pengetahuan yang meyakinkan telah diperoleh kaum sufi. Kaum sufi dapat menyaksikan hal-hal yang tidak dapat dicapai oleh orang awwam. Hal ini dicapai melalui nur yang dipancarkan Tuhan kepada orang yang dikehendakinya. Nur adalah kunci pembuka sebagian besar ilmu ma’rifat. Jadi ma’rifat yang sebenarnya menurut Al Gazali didapat melalui ilham atau iluminasi yaitu Allah memancarkan nur ke dalam kalbu untuk mengenal hakikat Allah dan segala ciptaanNya.Sedangkan nur hanya dapat diterima apabila kalbu dalam keadaan bersih. Syarat pertama yang harus dilakukan untuk bisa menerima nur dari Allah sehingga bisa mengenal sesuatu dalam arti yang hakiki adalah mensucikannya dari dosa-dosa dan tingkah laku yang tercela, kemudian membersihkannya dari yang selain Allah. Kunci kesucian ini adalah dengan melibatkan kalbu secara total untuk berdzikir kepada Allah. Dan akhir semua ini adalah fana’ secara total menuju Allah. Dampaknya adalah Al Mukasyafah dan Al Musyahadah, sehingga mereka melihat (melalui kalbunya) para malaikat dan ruh para nabi dan dari sana mereka suara-suara dan dapat mengambil manfaat daripadanya .

b. Pandangan Al Gazali tentang Metafisika
Al Gazali memberikan reaksi keras terhadap Neo Platonisme Islam, di antaranya adalah al Farabi, Ibnu Sina, dkk. Al Gazli beranggapan bahwa banyak sekali terdapat kesalahan filsuf, karena ketidak telitian seperti halnya dalam lapangan logika dan matematika. Dalam bukunya yang berjudul Tahafut al Falasifah, disebutkan bahwa terdapat 20 persoalan (16 dalama bidang metafisika dan 4 dalam bidang fisika) yang dinyatakan 17 diantarana adalah bid’ah dan 3 yang lain dimasukkan hal pengkafiran. Yang dua puluh itu adalah:
1. Alam qadim (tidak bermula)
2. Keabadian (abadiah) alam, masa, dan gerak
3. Konsep Tuhan sebagai Pencipta alam dan bahwa alam adalah produk ciptaanNya; ungkapan ini bersifat metaforis
4. Demonstrasi/pembuktian eksistensi Penciptaan alam semesta
5. Argumen rasional bahwa Tuhan itu satu dan tidak mungkinnya pengandaian dua wajib al wujud
6. Penolakan akan sifat-sifat Tuhan
7. kemustahilan konsep genus (jins) keada Tuhan
8. Wujud Tuhan adalah wujud yang sederhana, wujud murni, tanpa kuiditas atau esensi
9. Argumen rasional bahwa Tuhan itu bukan tubuh (jism)
10. Argumen rasional tentang Sebab dan Pencipta alam (hokum alam tak dapat berubah)
11. Pengetahuan Tuhan tentang selain diriNya, dan Tuhan Mengetahui species dan secara universal
12. Pembuktian bahwa Tuhan mengetahui diriNya sendiri
13. Tuhan tidak mengetahui perincian segala sesuatu (juz’iyyat) melainkan secara umum
14. Langit adalah makhluk hidup dan mematuhi Tuhan dengan gerak putarnya
15. Tujuan yang menggerakkan langit
16. Jiwa-jiwa langit mengetahui particular-partikular ang bermula (al juz’iyyat al haditsah)
17. Kemustahilan perpisahan dari sebab alami peristiwa-peristiwa
18. Jiwa manusia adalah substansi spiritual yang ada dengan sendirinya, tidak menempati ruang , tidak terpateri pada ubuh, dan bukan tubuh
19. Jiwa manusia setelah terwujud tidak dapat hancur, dan watak keabadiannya membuatnya mustahil bagi kita membayangkan kehancurannya
20. Penolakan terhadap kebangkitan jasmani

Tiga persoalan fisuf dipandang kafir adalah:
1. Alam kekal (qadim) atau abadi dalam arti tidak berawal
2. Tuhan tidak mengetahui perincian atau hal-hal yang particular (juz’iyyat) yang terjadi di alam
3. Pengingkaran terhadap kebangkitan jasmani (hasyr al ajsad) di akhirat.

Tidak ada komentar: