Rabu, 03 Juni 2009

mustanir (?!)

Suatu hari seorang teman mengatakan bahwa jubah dan jilbab hakikatnya hanyalah distorsi kebudayaan Arab. Saat itu aku hanya bisa diam. Ingin berontak membantah, namun aku juga tak punya jawaban jitu untuk menengkisnya. Maklumlah aku baru sekian bulan menjadi mahasiswa AF, sedangkan beberapa temanku ternyata sudah cukup umur di atasku, jadi pantaslah kalau merekayang sudah banyak pengalaman punya banyak “pikiran nakal”.
Hari ini, Jum’at tanggal 5 Oktober 2007 yang juga bertepatan dengan tanggal 23 Ramadhan 1428 H, aku menemukan sebuah ayat di QS. At Taubah yang memaksa otakku menemukan jawaban sementara ini. Yaitu: Kalau memang ayat maupun syariat itu dibuat berdasar keadaan masyarakat saat itu saja maka alangkah sempitnya Islam. Bukankah Islam ada untuk seluruh umat manusia, bukan hanya untuk orang Arab saja?. Memang banyak budaya Arab yang diambil atau dihapus oleh Islam, tetapi bukankah meskipun itu budaya bila sudah diadopsi atau dibuang ketetapannya, maka sama hukumnya dengan syariat? Contohya poligami, khamr, dan tentu saja jilbab (jubah)
Hal ini senada dengan pernyataan beberapa teman bahwa kalimat ‘di dalamnya (surga) mengalir sungai-sungai’ hanyalah symbol kenikmatan yang tak terkira bagi masyarakat Arab yang memiliki territorial dan geografis sulit air. Bila sudah ada stereotype demikian, maka dimanakah keuniversalan al Qur’an? Layakkah kita meragukan jaminan Allah bahwa Dia Yang Pasti Terbebas dari Aib dan Salah akan menjaga keaslian al Qur’an selamanya, dengan kata lain bahwa ajaran al Qur’an akan sesuai di semua masa?


********* ``````````````````````````````````````````````````````*********

Pada hari yang lain seorang sahabati bertanya, “Mengapa dalam agama ada banyak ketimpangan gender?”
“Maksudny”
“Iya, lihat saja, mengapa imam harus laki2, mengapa warisan laki2 harus lebih banyak, dan yang paling ingin kutanyakan padamu yaitu mengapa Tuhan selalu memakai kata ganti laki2, huwa dalam bahasa Arab dan he dalam bahasa Inggris?”
“Baiklah kucoba jawab dengan kemampuanku yg minim ini ya. Sekarang bayangkan kalau kamu sholat di belakang lelaki dan orang laki-laki sholat di depanmu. Dengan sholat di belakang laki2 kita sbg perempuan gak akan merasa syahwat kita terangsang, kecuzli kalau laki2 itu orang yg kita sukai lhoya. Tapi bila perempuan yang mengimami laki2, menurut ilmu psikologi yg say abaca dan omongan teman laki2, itu sangat rawan membuyarkan konsentrasi. Itu pertama. Kedua, seorang p[ermpuan tidak bisa selamanya sholat, adakalanya ia diharamkan shalat. Perempuan juga cenderung direpoti hal2 kecil seperti harus segera masak, resah bila anak nangis, dsb.
Warisan laki2 lebih banyak? Siapa bilang? Sebetulnya kitalah yg lebih banyak. Bukankah setelah mendapat warisan satu bagian kita juga mendapat warisan milik suami yg dua bagian itu? Sedangkan laki2 setelah dapat dua bagian harus dibelanjakan untuk kebutuhan rumah tangga (istri), karena laki2 wajib hukumnya menafkahi keluarga.
Dalam bhasa Arab, dhomir mudzakkar berarti suatu keumuman, ia mencakup makna laki2 dan permpuan. Sehingga tepatlah pemakaiannya karena memang Tuhan itu tidak laki2 dan tidak pula perempuan. Bahkan menurut informasi yg baru saja saya peroleh dari seorang teman, He dalam bahasa inggris juga berstubtansi plural, ia tidak berarti laki2 saja tapi juga perempuan. Wallahu a’lam.

**********``````````````````````````````````````````````````````````************
Mengapa suhu pada saat musim semi begitu dingin?
Apa unsure yg menstruktur kuku?salah 1 nya ternyata adalah keratin yg berfungsi melenturkan kuku. Yg lain masih kucari infonya.
Mengapa bulu kuduk kita berdiri saat takut?
Mengapa keringat dingin keluar saat kita gugup?

**********’’’’’’’’’’’’’’’’’’’’’’’’’’’’’’’’’’’’’’’’’’’’’’’’’’’’’’’’’*************
Ternyata rambut kita berjumlah kurang lebih 100.000 an lho. Dan tiap harinya akan ada kerontokan sekitar 40-100 helainya. Salah satu unsure penyusunnya adalah keratin, sama seperti yg di kuku. Ketombe ada bisa karena gen, hormonal (kelembapan kulit kepala dan banyaknya minyak), stress, kotor, dll.

**********’’’’’’’’’’’’’’’’’’’’’’’’’’’’’’’’’’’’’’’’’’’’’’’’’’’’’’’’’*************

Setelah kejadian antara Syawal 1427 hingga syawal 1428 akhirnya aku menyadari bahwa hidup adalah scenario Allah yang sangat ajaib.Ia indah dan berantai. Ia bagaikan puzzle. Keberadaan personal yang satu dalam kehidupan orang lain ternyata adalah pelengkap puzzle atau sebagai mata rantai untuk dapat menyambung dengan mata rantai selanjutnya. Kehadirannya yang hanya setahun dalam kehidupanku bukanlah kesia-siaan atau sekedar kebetulan belaka, melainkan juga untuk mengantarkanku pada Ali Kecil, PKS, HTI, jurnalisme, dan jubah yang semua itu pernah kuangankan, tapi sempat kuragukan di tahun-tahun pertama perkuliahan. Karenanyalah aku sampai di titik nadhir ini, di hari ini (300108), seperti ini, tengah menggengam selaksa cita dan target sebelum usia 22 tahun, sebelum ajal menjemput. Kehadiran keluargaku dalam kehidupannya mungkin sekali juga adalah salah satu puzzle tercecar yang harus ia susun untuk mengutuhkan puzzle hidupnya. Mungkin nasehat ibu, kondisi keluarga kami, kedekatan antara keluargaku dan keluarganya adalah pelajaran yang berharga baginya dan masa depannya. Kehadiran kami dalam kehidupannya mungkin sekali menjadi salah satu obat mujarab untuk mengharmoniskan keluarganya, untuk meyakinkan niatnya untuk memilih istrinya yang notabene adalah pacarnya tapi ia sempat belum yakin akan pilihan terbaiknya itu dulu. Nyatanya, tak ada kebetulan di dunia ini.

Tidak ada komentar: