Selasa, 09 Juni 2009

Mengenal Hasan Al Banna Lebih Dekat

KATA PENGANTAR


Segala puja dan puji syukur senantiasa terpanjatkan kehadirat Allah swt. yang berkat rahmat, taufiq, hidayah, serta inayah-Nyalah makalah sederhana ini terselesaikan dengan baik, insyaallah.
Shalawat serta salam semoga tetap tercurahkan kepada junjungan kita Nabi Muhammad SAW beserta keluarga, sahabat, dan tabiin beliau.
Makalah ini merupakan makalah pembanding dari makalah kami yang pertama dengan judul yang sama. Oleh karena itu, isi yang ada di dalamnyapun takkan jauh berbeda, kecuali beberapa tambahan referensi dan sekedar komentar atas pengamatan penyusun.
Pertama kali mendengar nama sekaligus mengenal sedikit tentang Hassan Al- Banna adalah sewaktu penulis membaca novel Diorama Sepasang Al-Banna buah karya Ari Nur. Dan penulispun langsung jatuh cinta pada Al Banna. Sebuah sosok dengan ciri dakwah profesionalisme, terencana, dan totalisme. Pembaharu yang penuh gebrakan di dunia Islam, baik dalam hal pemikiran maupun masalah politik sosialnya. Namun sayang sekali, banyak penulis yang kurang tertarik pada sosok kharismatik ini dan lebih suka untuk membahas Rasyid Ridha, Muhammad Abduh, atau Fazlur Rahman. Terbukti dengan sedikitnya buku-buku referensi tentang al Banna. Kecintaan itu semakin bertambah manakala penulis menyusun makalah pembanding ini Untuk membuktikan dan membagi kecintaan pada lelaki yang terpancar dari wajahnya cahaya kesalehan dan ketakwaan itulah, maka makalah ini disusun.
Sebenarnya seseorang dianggap besar tidak berdasarkan ukuran khusus. Kadang-kadang orang dianggap besar karena ia adalah orang berilmu, penakluk, penemu suatu karya, pembina ruhani, atau seorang pemimpin politik. Tetapi orang yang paling pantas abadi adalah orang yang berjuang membangun umat dan mampu mengubah perjalanan sejarah. Dan Hasan al Banna adalah salah satu tokoh abadi lagi terkemuka dalam sejarah Islam pada abad 20. Bukan karena dia sebagai seorang ulama atau orator ulung atau politikus piawai, karena pada zamannya banyak juga orang-orang yang lebih pintar atau lebih hebat retorikanya. Tetapi al Banna adalah orang yang membangun sebuah pergerakan organisasi dakwah, membentuk generasi, dan telah mengguncang sejarah Mesir, Timur Tengah, atau bahkan dunia. Ini terlihat dari fakta sejarah yang masih bergulir dari setengah abad yang lalu sampai sekarang.
Dan jika pada zaman sekarang terdapat sebagian orang yang mengecilkan peran sang pembaharu agung ini, hal itu tidaklah aneh. Karena pada masa hidup al Banna telah ada juga kelompok orang yang mengecilkan penannya. Bahkan membunuhnya. Memang demikianlah pada umumnya nasib yang dialami oleh tokoh besar, di setiap waktu dan tempat.
Kepada Drs. Muktafi Fahal M.Ag selaku dosen pembimbing penulis sampaikan terimakasih.
Akhirnya tak ada gading yang tak retak, demikian pula dengan makalah pembanding ini. Kritik dan saran membangun sangat penulis harapkan. Semoga bermanfaat.



Surabaya, 20 Januari 2007



Penulis


















BAB I
PENDAHULUAN


A. Latar Belakang

Hasan al Banna adalah pendiri dan pemimpin umum Ikhwan al Muslimin di Mesir. Latar belakang al Banna mendirikan Ikhwan al Muslim tidak terlepeas dari keadaan atau krisis yang melanda Mesir dalam bidang agama, sosial, pendidikan , ekonomi, dan politik. Krisis itu sendiri terjadi setelah meninggalnya Sa’ad Zaghlul pada tahun 1927 M yang menimbulkan pertarungan politik yang tidak sehat, menurunnya semangat nasionalisme, dan lemahnya bangsa Mesir.
Dalam bidang agama dan moral terjadi krisis, masyarakat mulai melupakan Islam sebagai “The Way of Life”. Di samping itu ulama-ulama Al Azhar dipandang kurang berfungsi dalam pembinaan agama dan moral masyarakat. Dalam bidang pendidikan terjadi dualisme sistem. Di satu pihak pemerintah lebih mementingkan pelajaran umum dibandingkan pelajaran agama. Di pihak lain sekolah-sekolah agama lebih mementingkan pendidikan agama dibandingkan pendidikan umum. Sehingga terjadi kepincangan pendidikan.
Di segi politik luar negeri, dunia Islam terpecah ke dalam negara-negara kecil. Sementara atheisme subur dan kaum imperialisme merampas negara-negara Arab untuk dieksploitasi sumber bahan mentahnya dan menjadikan negara terjajah sebagai tempat pemasaran barang produksinya.
Bertitik dari keprihatinan dan keinginan untuk memperbaiki tatanan masyarakat dan pemerintahan Mesir dalam segala aspek kehidupannya berdasarkan Al Qur’an dan Al Hadits serta sirath Nabi SAW, Al Banna akhirnya mendirikan Ikhwan al Muslimin. Menurut al Banna Islam memiliki ajaran yang luas dan lengkap.
Adapun gerakan Ikhwanul Muslimin tertuju pada gerakan-gerakan modernisasi yang kebablasan. Usaha dan kegiatan Ikhwan al Muslimin meliputi lima sektor, yaitu: 1) Bidang dakwah 2)Bidang Pendidikan 3)Bidang ekonomi 4)Bidang politik 5)Bidang sosial, yang itu semua akan dibahas lebih lanjut pada bab dua.

B. Rumusan Masalah
Beberapa rumusan masalah yang dibahas dalam makalah ini adalah:
1. Siapakah Hasan al Banna?
2. Bagaimana Ide dan Gerakannya?

C. Tujuan
Adapun tujuan penyusunan makalah ini antara lain:
1. Memenuhi tugas ujian akhir semester mata kuliah Pemikiran Teologi Islam Modern
2. Memperdalam pengetahuan mahasiswa mengenai riwayat hidup, ide, dan gerakan Hasan al Banna.
3. Meneladani dan mengaplikasikan ide dan gerakan Al Banna yang sesuai
dengan situasi saat ini



















BAB II
PEMBAHASAN

A.Riwayat Hidup

Hassan Al Banna (selanjutnya ditulis Al Banna), lahir pada tanggal 17 Oktober 1906 bertepatan dengan tahun 1323 H di Distrik Mahmudiyah, Mesir . Ia berasal dari kelurga yang taat beragama dan terpandang . Ayahnya bernama Syeikh Akhmad bin Abdur Rahman As Sa’ati, seorang yang alim di bidang ilmu agama. Disebut as Sa’ati karena ia bekerja sebagai tukang jam di samping mengajar dan berdakwah.
Al Banna kecil telah dididik dan diajari ayahnya dengan sungguh-sungguh berbagai ilmu agama, seperti fiqh, hadits, dan al Qur’an. Ia belajar di sekolah persiapan dan pendidikan guru di Damanhur. Kemudian melanjutkan studinya di Darul Ulum selama 4 tahun. Adapun pendidikan kerohanian ia dapat dari Tarekat Hasyafiyah semenjak ia berusia 12 tahun. Ia juga seorang anak dengan kesungguhan dan kecerdasan yang luar biasa lagi disertai dengan fasilitas perpustakaan pribadi yang memadai. Semua itu memberi pengaruh dalam pembentukan pribadi al Banna. Al Banna kecil senantiasa melakukan shalat malam, puasa Senin–Kamis, serta menghafal Qur’an (hafidz sempurna saat akil baligh). Selain itu al Banna juga aktif dalam aktifitas dakwah sewaktu belajar di Sekolah Menengah Atas dan Dar al-Ulum. Dia merupakan mahasiswa paling berprestasi, dan saat ujian akhir ia telah hafal 17.000 bait syair dan kata-kata hikmah. Tak ayal lagi cumlaude pun diraihnya.
Setelah menyelesaikan studinya di universitas, al Banna ditunjuk sebagai pengajar di sebuah sekolah di provinsi Ismailiyah. Di Ismailiyah, pengaruh Inggris sangat kuat. Hal ini dikarenakan banyak masyarakatnya yng bekerja di perusahaan terusan Suez milik Inggris. Menurutnya, Inggris telah memandang hina masyarakat Mesir karena ia melihat para pekerja Mesir nampak bagai hamba berwajah merah.. Sementara itu ia memandang kebebasan dan kerusakan moral telah mewabah seantero dunia Islam, khususnya saat keruntuhan Attaturk pada tahun 1924M. Kegelisan dan keprihatinan al Banna menjadikannya terjun diri dalam Ikhwanul muslimin, organisasi baru yang dibentuknya.
Sebab-sebab lahirnya Ikhwanul Muslimin secara garis besar dapat dirumuskan sebagai berikut :
1. Kegagalan Barat
Faktor pertama adalah kegagalan prinsip-prinsip kemasyarakatan yang merupakan landasan peradaban Barat. Pandangan hidup Barat cepat mendatangkan hasil dalam mengembangkan pengetahuan yang bersifat praktis dan tehnis, penemuan-penemuan dan membanjirnya produk-produk mekanis ke pasaran, tetapi tidak mampu memberikan kepada fikiran manusia suatu cahaya kebenaran, harapan, keyakinan, ataupun jalan keluar bagi orang-orang yang mengalami kesulitan untuk memperoleh ketenangan dan ketentraman. Manusia bukan sekedar alat bagi sesamanya. Manusia muak dengan keadaan yang serba materialistik itu. Kehidupan ala Barat hanya mampu memberikan kenikmatan lahiriyah. Makin hari manusia semakin haus akan jiwa yang bebas. Dan agama adalah jawabannya.
2. Kesempurnaan Islam
Faktor kedua ialah penemuan para pemikir Musllim akan adanya prinsip-prinsip dan aturan-auran yang luhur, terhormat, manusiawi, dan agama sempurna, yaitu Islam. Dalam waktu yang lama sekali kaum muslimin telah mengabaikan ini semua, namun setelah Allah memberi petunjuk kepada para pemikir di kalangan mereka dan kemudian mereka membanding-bandingkan,merekapun sadar akan kesenjangan antara nilai-nilai pendahulu dengan nilai-nilai Barat.
3. Corak Perkembangan
Faktor ketiga adalah perkembangan kondisi-kondisi sosial di antara masa-masa dua perang dunia yang merenggut nyawa , yang menelorkan pengamatan dan penelitian untuk kembali lagi kepada al Qur’an hadits.
Dunia telah lama dikuaasai oleh sistem demokrasi, dan di mana-mana orang mengagungkan dan memberi penghormatan kepada kemenangan sistem itu. Hitler, Nazi di Jerman dan Musolini di Italia adalah ikon system ini.

B. Ide dan Gerakan

Ide dan gerakan Al Banna merupakan hasil responnya dari konteks sosial politik Mesir saat itu sebagaimana yang telah disebutkan di atas. Sebuah fenomena yang menimbulkan rasa keprihatinan yang sangat mendalam pada jiwa al Banna. Sebuah kondisi yang membentuk jiwanya menjadi jiwa yang selalu kritis dan revolusioner . Adapun bidang-bidang yang “disentuh” oleh al Banna yaitu:
1) Bidang dakwah
Kata dakwah merupakan isim masdar dari kata yang berarti menyeru, memanggil, mengajak, menjamu , atau lebih konkritnya adalah mengajak pada kebenaran dan kebaikan . Aktifitas dakwah bagi Al Banna sendiri merupakan suatu kegiatan rutin yang sudah digelarnya sejak masa remaja. Dalam dakwahnya ia menekankan pada aspek amar bil ma’ruf nahhy ‘an munkar, Wujud nyata darinya adalah kedisiplinannya dalam mengumandangkan adzan untuk sholat berjamaah, bahkan ia pernah menyampaikan protes kepada guru lembaga pendididkan Islam yang tidak menghiraukan waktu shalat . Dakwah bagi Al Banna merupakan sarana yang tepat untuk dijadikan sebagai media penyampaian pesan-pesan Islam, dan gagasan-gagasannya. Karena itu, aktifitas dakwah ia gelar pada moment-moment yang tepat, tanpa terikat oleh waktu dan tempat.
Sebagai hasilnya, pada tahun 1928 terbentuklah organisasi Ikhwanul Muslimin yang selanjutnya menjadi wadah bagi misi pembaharuan Al Banna. Jika sebelumnya dakwah Al Banna terbatas pada lisan, setelah terbentuknya organisasi ini kemudian dakwahnya dikembangkan lewat berbagai media, seperti Koran, tabloid, majalah, di samping aktifitas-aktifitas sosislnya .
Ciri dakwah Al Banna adalah profesionalisme, terencana, dan totalisme. Dengan demikian, dakwah yang dijalankan Al Banna tidak bersifat insidentil, tetapi ia terprogram dengan materi-materi dan tahapan-tahapan tertentu (classification), yaitu: pertama,, tahap propaganda, pengenalan, dan penyebaran ide (at-Ta’rif) ; kedua, tahap pembentukan, seksi, pendukung (at-Takwin) ; ketiga, pelaksanaan dan kerja nyata (at-Tanfidz). Tahapan-tahapan ini mengindikasikan profesionalisme dakwah Al Banna .
2) Pendidikan
Kejumudan berfikir merupakan masalah yang bukan lagi isu, melainkan realita dari umat muslim hingga dewasa ini. Hal ini bisa jadi ada hubungannya dengan kemenangan kaum Asy’ari atas Mu’tazillah. Taqlid ada di mana-mana. Sehingga tidak salah bila dikatakan masa-masa ini sebagai masa ditutupnya pintu ijtihad. Aspek lainnya adalah mayoritas masyarakat Mesir memahami agama sebagai aspek ritual saja, tanpa bersentuhan dengan realitas hidup. Kondisi lingkungan semacam inilah yang dihadapi Al Banna.
Pendidikan dan pembinaan (tarbiyah) adalah kata kunci masalah ini, atau merupakan kalimat rahasia kalau boleh diistilahkan. Pendidikan merupakan instrument terpenting bagi terwujudnya suatu perubahan dan pembinaan umat. Pendidikan Mesir saat itu sedang mengalami dikotomi , dimana pendidikan umum dikelola pemerintah dan pendidikan agama dikelola oleh swasta.. Untuk mengatasinya, Al Banna menggagaskan adanya sekolah khusus Al Ikhwan Al Muslimun dengan kurikulum yang ekslusif-sebagai follow up gagasan tersebut, didirikan Madrasah Al Tahdzib li Ikhwan al Muslimun dengan materi yang mencakup: al Qur’an, hadits, aqidah, ibadah, akhlaq, sejarah Islam, dan tokoh-tokoh salaf, latihan pidato. Kedua, ia menggagaskan agar di sekolah pemerintah maupun di sekolah swasta diadakan pendidikan agama, yang mencakup: pembangkitan semangat nasional, pembinaan moral yang luhur, dan sejarah. Usulan lainnya ialah dimasukkannya pendididkan agama di semua tingkatan pendidikan, pemisahan tempat peserta didik laki-laki dengan perempuan, serta dimasukkannya ilmu pengetahuan praktis yang diharapkan dapat memberikan kontribusi bagi agama dan negara . Selanjutnya gagasan ini disebut dengan Pendidikan Khuluqiyyah.
Tujuan akhir dari program pendidikan ala Al Banna ini adalah terbentuknya pribadi muslim dengan dedikasi tinggi, daya pikir tinggi, moral mulia, dan fisik yang kuat, serta punya semangat untuk melakukan perubahan dimanapun ia berada, dan tidak menyerah pada kondisi yang ada.
Kualitas paripurna pelaksaanaan pendidikan yang saling terkait dan terintegral ini, diharapkan dapat melahirkan individu-individu muslim yang konsis dalam mengamalkan ajaran Islam. Kualitas ini kata Al-Banna secara berkesinambungan akan melahirkan mode keluarga Islam, masyarakat Islam dan negara Islam. Dengan demikian , secara makro peembaruan Al-Banna dilakukan dari lapisan masyarakat terbawah sampai pada lapisan teratas secara bertahap.

3) Ekonomi
Seperti negara-negara Islam lainnya, Mesir termasuk negara berkembang dimana mayoritas penduduknya berpenghasilan di bawah rata-rata standar. Kondisi ini tidak terlepas dari faktor geografis, yaitu lahan pertanian yang tandus, sementara mata pencaharian pokok mereka bertumpu pada pertanian. Di pihak lain, adanya monopoli pihak asing , yaitu Inggris di Terusan Suez
Sebagai antitesa (respon) atas permasalahan tersebut, Al Banna mengembangkan sistem ekonomi kemitraan di antara sesama umat Islam, yang sahamnya sama-sama dimiliki oleh rakyat . Sistem ini diharapkan dapat menandingi sistem perekonomian asing maupun para politisi besar Mesir. Wujud follow up dari kemitraan ini yaitu berdirinya syarikat dagang bernama Syarikat Mu’amalat Al Islamiyat. Selain itu Al Banna juga mengembangkan model pertanian baru di seluruh pelosok negeri Mesir.
Bagi Al Banna selam kemiskinan belum bisa diberantas, maka sikap ketergantungn masyarakat tetap tinggi kepada pihak asing

4) Politik
Inggris mulai menduduki Mesir pada tahu 1882. Dalam pada itu terjadi gejolak besar-besaran, dalam bidang ipoleksosbudhankam, sehingga muncul tiga teori yang ditawarkan dalam perumusan dasar negara. Tiga teori itu ialah patriotisme, nasionalisme, dan Pan Islamisme. Ketiga teori tersebut menginspirasikan Al Banna untuk memformulasikan sistem politik Mesir. Ide patriotisme dan nasionalisme menurut al Banna tidak bertentangan dengan Islam, karena bertujuan untuk memperoleh kebenaran, dan lain-lain.
Adapun nasionalisme, menurut al Banna, harus didasarkan pada jiwa kebangsaan dan ikatan aqidah Islam, pelestarian tradisi lama dan tidak bertentangan dengan Islam.
Al Banna sebagai seorang pembaru yang orientasinya salafi, berupaya untuk menghidupkan kembali model pemerintaha salafi, yaitu model khilafat seperti Al Khulafa’ al Rasyidun. Karena pada masa inilah sistem politik Islam benar-benar diterapkan secara utuh. Meskipun demikian ia dan ikhwanul muslimun tidak berlaku arogan guna mencapai cita-citanya. Karena baginya, kepada sesama muslim yang saling mengishlah, pendekatan damai lebih disenangi. Tapi dalam kaitannya dengan penjajah kafir, al Banna tidak memberikan tawaran lain, yaitu berjihad (baik gerilya maupun terang-terangan) untuk mengusir mereka dari wilayah Mesir. Bagi Al Banna, penjajah yang hanya bisa mengeksploitasi harus dilawan agar hengkang segera dari Mesir. Kesimpulan dari percobaan al Banna di lapangan sosial politik adalah bahwa ia menekankan dua aspek mendasar, yaitu:
1. Sesungguhnya “metode damai” yang digunakan di dalam negeri atau “metode tahapan” (tadarruj) yang dilaksanakan untuk membangun kekuatan dari bawah sangat sesuai dengan sifat aktivitas gerakan social-politik yang mengacu pada perbaikan (ishlah). Adappun metode revolusi yang mengarah pada pengaruh kekuasaan politik-dari atas- biasanya tidak direspon masyarakat yang sesuai dengan harapan. Ini pula yang menuruut pengamatan penyusun, pelaksanaan praktek metode ikhwanul muslimun di tiap Negara berbeda disesuaikan dengan kebiasaan di negara tersebut di samping tergantung dengan faham aliran ikhwanul muslimunnya (karena lagi-lagi menurut pengamatan peyusun , faham-faham ala ikhwanul muslimun yang berkembang pesat dewasa ini tak semuannya menggunakan metode-metode dan ide-ide Hasan al Banna selaku mursyid am ataupun pendirinya). Sebagai contoh, di luar Indonesia, aliran-aliran ala ikhwanul muslimun terkesan keras dan tegas, salah satunya HT (Hizbut Tahrir), dan lain sebagainya. Sedangkan aliran-aliran ala ikwanul muslimun di Indonesia selain ada yang keras dan tegas (HTI), ada kecenderungan masyarakat lebih percaya bahwa PKS (Partai Keadilan Sejahtera) yang lebih lunak dan fleksibel adalah salah satu aliran sah ikhwanul muslimun.
2. Kombinasi antara dua metode yang berlawanan dalam perubahan(metode damai dan metode revolusi) dalam satu kerangka organisasi adalah keadaan yang diliputi oleh berbagai macam bahaya, sehingga dalam banyak hal dapat menghilangkan aspek manfaat dari metode itu. Perubahan social seharusya mendapatkan prioritas yang paling utama dari perubahan politik, dan ini merupakan prinsip dasar untuk kesuksesan dan jaminan bagi kelangsungan pergerakan.

5) Sosial
Pendudukan Prancis, Lalu Inggris atas Mesir berakibat pada hancurnya kehidupan sosial masyarakat. Sebagai dampak nyata dari dominasi tersebut adalah terjadinya dekadensi moral, manipulasi,dsan kehancuran dalam berbagai aspek kehidupan. Konsekwensi lain dari penjajahan Inggris adalah kebodohan, rendahnya tingkat kesehatan, dekadensi moral. Gagasannya di bidang sosial antara lain adalah pengadaan sarana kesehatan, rumah penampungan, poliklinik, pemberian makan kepada fakir miskin dan penyediaan lapangan pekerjaan bagi para penganggur .









BAB III
PENUTUP
Dunia telah melahirkan banyak tokoh dengan pemikiran dan perjuangan yang berbeda pula. Dalam gerakan Islam muncul nama-nama terkenal karena pemikiran dan aktivitasnya yang cukup menonjol dalam memperjuangkan Islam, salah satunya adalah Hasan al Banna. Dialah pendiri gerakan Ikhwanul Muslimun yang sampai sekarang terus menggema di berbagai pelosok bumi. Pemikirannya yang cukup luas dan aktivitasnya di berbagai tempat telah melahirkan penafsiran yang beragam tentang metode (manhaj) dan model dari gerakan Ikhwanul Muslimun.
Boleh dikatakan Hasan al Banna mengemas dakwahnya secara apik, sebagaimana obat yang pahit dikapsuli agar enak diminum tapi khasiat tetap sama. Revolusi yang dilakukannya benar-benar jauh dari darah, sebagaimana revolusi-revolusi kebanyakan. Aspek perilaku dan amaliah yang produktif menjadi titik tekan dan lebih mendapatkan prioritas dibandingkan dengan aspek lainnya dalam perjuangan Islam. Aspek lainnya, seperti pollitik, hanya dapat dijadikan pijakan perjungan ketika kondisi yang ada memungkinkannya dan dianggap sangat efektif.
Kesimpulan yang bisa ditarik di sini, antara lain: metode yang digunakan al Banna adalah kombinasi secar mendalam dan rinci antara dua metode perubahan, yaitu metode Syaikh Jamalludin al Afghani dan metode Syaikh Muhammad Abduh.Kesimpulan kedua, posisi al Banna diantara para pemikir Islam dapat dikategorikan pemikar Tradisional Modern. Dikatakan tradisional karena pemikirannya berorientasi ke masa silam (salaf), masa nabi, dan khulafaur rasyidun sebagai model yang ideal. Dikatakan modern, karena ide-ide pembaharuannya menggunakan perangkat-perangkat modern. Revolusi pemikiran yang ditawarkan al Banna adalah bahwa Islam merupakan agama yang universal, mencakup segala aspek kehidupan. Islam merupakan tatanan hidup, dan atas dasarnya (Islam) semua aktivitas kehidupan harus dijalankan. Maka, solusi yang ditawarkan al Banna dalam merespon krisis yang melanda Mesir dan sekitarnya adalah mengembalikan dan mengorientasikan segala persoalan pada al Qur’an dan al Hadits serta sirath nabi Muhammad Saw.


DAFTAR PUSTAKA

Fahal, Muktafi, dan Achmad Amir Aziz. Teologi Islam Modern.Surabaya: Gitamedia Press.1999.
Qordhowy,Yusuf. 70 Tahun Al Ikhwan Al Muslimun . Jakarta : Pustaka al Kautsar. 1999.
Rais, Amin. Islam dan Pembaharuan . cet 5. Jakarta : Raja Grafindo Persada. 1995.
Yakan, Fathi. Revolusi Hasan al Banna. Jakarta: Harakah, 2002.
Yunus, Mahmud. Kamus Arab-Indonesia .Jakarta : PT. Hidakarya Agung. 1989.

Tidak ada komentar: