Jumat, 18 Maret 2011

SEMANGAT UNTUK SENANTIASA BERBUAT BAIK

Bismillahirrohmanirrohim,

Beberapa bulan yang lalu saya sempat patah hati. Sakit, benci, marah, trauma, dan stereotipe-stereotipe lainnya mungkin label yang identik dengan situasi saya. Tapi, anehnya,, tidak untuk saya, insyaAllah (setidaknya sampai saat ini)

Berarti kamu tidak terlalu mencintai atau mengharapkannya?

^^

Bagaimana tidak mencintainya? Lha wong lelaki tersebut adalah ikhwan yang visioner, sangat teguh memegang agama (termasuk sangat menjaga intensitas dan arah tiap komunikasi kami), seorang aktivis sejati ( on air di radio, menulis, organisasi keIslaman di kampus maupun kota kami, dll), pengusaha, berbasic medis, sama-sama suka Palestina, dunia anak, dll. Hmm, pokoknya pribadi matang lahir batin, insyaAllah. Bersamanya, seakan-akan saya siap mengarungi hidup, suka maupun duka.

Bagaimana tidak mempunyai harapan yang besar terhadapnya? Lha wong segala ikhtiar telah saya (kalaupun bukan kami berdua)lakukan. Mulai dari penjajakan, 'memperkenalkan pada keluarga', menolak 'proposal-proposal' yang juga sangat-sangat bermutu lainnya, bahkan sampai mengkhususkan proposal kepada murobbi agar ditindaki langsung. Bagaimana tidak sangat berharap, jika seakan-akan semua sudah beres, sudah mantap,, tinggal menunggu kabar saja,, dan tiba-tiba 1 bulan kemudian saya menangkap signal bahwa dia telah menerima sebuah proposal lainnya.

Bagaimana perasaan saya saat itu? Tentu Anda dapat merasakannya...

Namun, alhamdulillah tidak terbersit sedikitpun rasa marah ataupun benci kepada saudara saya itu. Yang tersisa hanya keikhlasan di pekan2 pertama pernikahannya, dilanjutkan dengan godaan2 syaithan yang bertanya "Mengapa dia tidak bisa seperti saya? Melepas berbagai proposal sempurna demi komitmen awal?", dll. Namun, alhamdulillah kiranya Allah masih menyayangi saya dengan mengingatkan saya bahwa Dia ingin saya belajar tentang arti keikhalasan, kelurusan niat, kesabaran, ketsiqohan, dan keistiqomahan. Alhamdulillah saya ucapkan pula karena Allah menmeberi hidayah dan taufiq, insyaAllah, sehingga reaksi pertama saat membaca kabar ia akan menikah adalah mendokan untuk kebaikannya.

Alhamdulillah tak terkira pula saya ucapkan tiada henti karena seringkali Allah menghibur saya dengan cara-caranya yang sangat manis dan mengejutkan. Setelah beberapa hari sempat 'blank', saya berusaha untuk tetap tsiqoh dan aktif dalam dakwah. Alhamdulillah, beberapa pekan kemudian, saya mulai mendapat beberapa amanah dalam beberapa instansi yang berbeda. Hmm, kiranya inilah salah satu hikmah pelajaran kali ini.

" Dan Dialah Allah, tidak ada Tuhan yang berhak disembah selain Dia. Segala puji bagiNya di dunia dan di akhira. Dan bagiNya segala penentuan dan kepadaNya kamu dikembalikan" ( QS. 28:70 ).

Maka, ikhwah fillah,,, tujuan saya menulis ini tak lain adalah untuk watawa shobil haqqi watawa shoubish shobri,,, bahwa hendaknya kita senantiasa menata niat. Sehingga awal dari setiap perbuatan baik kita adalah niat yang baik. Caranya bagaimana? Beberapa diantaranya adalah seyogyanya kita senantiasa ingat bahwa kita dan semua alam raya ini adalah kepunyaanNya yang kapan saja bisa diambilNya, bahwa semua yang ada di dunia ini sifatnya hanya semu dan sementara. Sehingga akan ada keinsafan dalam diri, betapa lemahnya kita di hadapanNya, tiada daya, kekuatan, dan ketentuan tanpa seizinNya. Seyogyanya pulalah, kita bertanya " Kebaikan apa yang bisa saya lakukan untuk membalas kebaikan-kebaikan Allah yang tiada pernah habisnya?".

Memang ada saatnya kita lemah, jatuh, dan terluka. Namun harus kita sadari bahwa semua ada masanya. Jangan terlalu lama menangisi apalagi meratapi yang kita sendiri tidak tahu seberapa baik atau buruk sesuatu jika terjadi pada kita. Karena memang Dia sajalah Sang Maha Sutradara Terbaik, Teradil, dan Terbijaksana. jangankan kita manusia biasa yang penuh dosa, khilaf, dan kedhoifan,,, Nabi Yunus saja sempat 'tersilaukan' ujian-ujian Allah saat berdakwah. Namun karena kepekaan beliau, akhirnya beliau segera sadar, bertaubatan nasukha, dan lebih totalitas dalam berdakwah. Memang begitulah, kita senantiasa dituntut untuk menjaga bahkan meng-up grade niat baik kita, baik di awal, di tengah, hingga di akhir sebuah proses,,, hingga kesyahidan yang kita impi-impikan menjemput kita.

Karena sesungguhnya,,, hidayah itu tidak selalu datang secara serta merta,,, tetapi ia juga perlu diusahakan untuk mendapatkannya, untuk merawatnya...

Wallahu a'lam bish showab.
Alhamdulillah