Selasa, 09 Juni 2009

RESUME BUKU TEORI SOSIAL DAN PRAKTEK POLITIK

A. Pencerminan Teori Sosial dan Praktek Politik
Masalah hubungan antara teori social dan praktek social sebenarnya sudah menjadi obyek pembicaraan semenjak 2 abad yang lalu dan selama itu keduanya telah ditandai oleh kenyataan bahwa ia lebih mudah menimbulkan perselisihan daripada menghasilkan kejelasan pemikiran dan pemahaman. Meski demikian, masalah ini merupakan pokok persoalan yang cenderung menimbulkan perdebatan.
Dalam tulisan yang notabene kutipan dari ceramahnya ini, Ralf Dahrendorf menawarkan empat pemikiran sekaligus beberapa pertanyaan skeptis tentang teori social dan praktek social di dalamnya. Namun perlu kiranya diketahui terlebih dahulu bahwa apa yang ia maksud dengan praktek social sebagai hal-hal yang dilakukan oleh para menteri atau barangkali para anggota parlemen. Sedang teori social yang dimaksud adalah sebagai hal-hal yang dilakukan oleh para professor, paling tidak professor-profesor tertentu – profesor filsafat politik, kadang-kadang juga professor ekonomi, atau mungkin juga professor sejarah atau sosiologi.
Pemikiran pertama berkisar tentang persoalan sebagian orang yang nampaknya ingin menguasai bidang praktek politik dan teori social. Dengan kata lain, ada orang-orang yang ingin menjadi filsafat-politikus seklaigus. Dia mencontohkan, pada pertengahan tahun 1981 ada dua orang anggota parlemen yang pada mulanya sangat kritis dan keras pengecamannya terhadap Negara serta mengatakan bahwa Negara telah menjadi steril dari praktek politik ortodok, tapi setelah menjadi menteri mereka menjadi melempem dengan kebijakan-kebijakannya dan tuntutan-tunttan kritisnya dulu.
Perbedaan antara teori dan praktek semacam ini tidak terbatas pada spectrum poltik saja. Pada jajaran oposisi juga ada yang mengaku dirinya sebagai ahli teori social yang melihat dirinya dalam tradisi lama pemikir-pemikir social serta menyebut dirinya sebagai keturunan keluaraga Leverres. Ia juga sering menyebut agama Kristen sebagai sumber pemikiran politik dan sosialnya. Sayangnya, bila orang tersebut telah menduduki jabatan apalagi sebagai legislator penting, maka sama saja dengan para politisi lain, ada petunjuk bahwa mereka lebih dipengaruhi oleh sesuatu yang juga dikemukannya, yaitu langkah-langkah tekhnologi hebat yang melahirkan “kesaling tergantungan, kompleksitas, dan sentralisasi”. Bagi Dahrendorf, paling tidak dalam kenyataannya ada suatu jurang yang aneh antara teori social dengan praktek poltik. Individu-individu yang percaya pada apa yang mereka katakan dan tuliskan ketika bergelut dengan teori-teori social akan berubah sikapnya manakala sudah menduduki kursi social.
Pemikran yang kedua adalah masalah social dan politik menurut Hegel, yaitu bahwa para teoritisi social tidaklah boleh menulis mendahului waktu ketika ia memikirkan makna kemajuan sejarah. Kalimat Hegel yang terkenal adalah “ apa yang masuk akal adalah yang nyata dan apa yang nyata adalah yang masuk akal” dengan suatu moral (gagasan normatif). Ia mencoba mengatakan bahwa sesuatu yang difikirkan pada suatu waktu mempunyai hubungan yang pasti dengan sesuatu kejadian terjadi pada saat itu. Teori dan praktek mempunyai hubungan yang erat satu sama lain, sekalipun tidak bisa segera dibuktikan.
Sesungguhnya republic- nya Plato tidak lebih dari perkiraan mengenai struktur moral dasar masyarakat sekitar Plato berada. Alasan yang sebenarnya tidaklah boleh melebihi realita. Teori social harus mencerminkan praktek social. Inilah yang menjadikan ungkapan Hegel menjadi relevan. Menurutnya, filsafat tidaklah mengajarkan apapun pada dunia. Filsafat hanyalah merupakan alat untuk memahami isi pokok dunia seperti adanya ; dan filsafat akan lengkap, sempurna, dan matang. Tidak mungkin seorang filosof bisa mendahului dunia tempat semasa ia hidup. Dalam beberapa hal, teori social bagi Hegel tidak lain merupakan ideology dalam arti sempit. Teori social merupkan gagasan yang melulu mencerminkan apa yang disebut Marx hubungan produksi dan kepentingan kelas yang mereka pertahankan. Gagasan hanyalah cermin realita yang mempunyai struktur penguasaan yang khas dan kepentingan yang terus membengkak. Teori social tidak saja bisa mengubah sesuatu, lebih dari itu ia juga bisa mendahului realita atau lepas darinya. Tidak ada peranan kritik bagi teori social baik dalam pengertian aliran Frankfrut atau aliran Kant yang sebenarnya. Bagi Hegel, jika teori meninggalkan realita, maka ia akan sia-sia dan tidak relevan.
Pemikiran ketiga yaitu pembicaraan tentang Marx. Titik tolaknya adalah pada tesisnya, Theses on Feuerbach: “ Para filosof hanyalah mengartikan dunia secara berbeda-beda, sedang masalahnya adalah bagaiman mengubahnya”. Perkataan ini rumit tapi juga berguna bagi interpretasi terburuk dan tidak menguntungkan, demikian kata Dahrendorf. Sebenarnya Marx hanya ingin mengatakan bahwa kalau keadaan ekonomi, social, dan politik dalam beberapa hal salah urus, maka filsafat juga akan mengena. Hanya dalam kondisi politik dan sosial yang benarlah filsafat akan benar. Tampak bahwa jalan keluar khas Marx yang menjungkirbalikkan posisi ajaran Hegel merupakan awal dari suatu tradisi khusus Marxis hingga kini yang cenderung menekankan pentingnya teori dan penegasan terhadap suatu pengertian yang menunjukkan bahwa teori dan praktek bukanlah dua kegiatan yang terpisah melainkan saling menjalin dalam suatu hubungan yang dialektis. Teori sebagai pengakuan dari suatu proses sejarah adalah praktek dan praktek tersebut akan ada tanpa teori.
Pemikiran yang keempat adalah mengenai Max Weber. Dalam dua pidato pentingnya pada 1919 yang berbunyi (1) pengetahuan sebagai suatu profesi, yang mengupas bahwa politik tidaklah berada di ruang kuliah dan kita harus membedakannya dengan jelas antara apa yang dikerjakan sarjana dan apa yang dikerjakan politikus. Pertimbangan Weber ini mirip dengan pertimbangan Wilhelmina, yaitu bahwa dalam ruang sekolah murid-murid harus diam, esementara gurulah yang berbicara. Tentu saja seharusnya tidak demikian. Usaha Weber untuk membedakan ilmu pengetahuan (teori social) dengan politik tentu saja merupakan pernyataan tajam yang menegaskan bahwa tidak banyak penelitian ilmiiah yang bisa membuktikan pembenaran nilai. Alasan inilah yang membuatnya ingin memisahkan antara ilmu pengetahuan dan politik.
Dalam ceramah keduanya pada tahun yang sama dan judul yang sama, Weber membedakan antara etika keyakinan yang absolute dan tidak menerima realita apapun dengan etika tanggung jawab, yaitu pendekatan moral yang menilai situasi khusus secara pragmatis tanpa mengabaikan moralitas , tapi pada saat yang sama tidak membiarkan dikuasainya tindakan politik seseorang. Baginya politik harus diatur oleh suatu etika tanggung jawab yang dikendalikan etika keyakinan, yang berarti bersifat praktis. Politik dilakuakn satu orang meski tidak harus hasil pemikiran satu orang. Politik bukanlah hasil penerapan teori social, sebab keduanya adalah bidang yang terpisah.
B. Teori Sosial dan Politik dalam sejarah Teori Sosial
Inti dari tulisan Tom Bottomore ini adalah pembatasan diri yang kuat pada hubungan sejarah antara teori social dan politik dan mengabaikan perluasan pertanyaan filosofis yang muncul tentang hubungan antara teori dan praktek. Jadi sesungguhnya ia ingin menegaskan bahwa pengembangan teori social modern secara keseluruhan ini untuk menyebut tentang pengeahuan-pengetahuan social yang teoritis telah dikaitkan secara tertutup dan tidak dapat dilepaskan dari pengembangan sosio-ekonomis dan ekspresi-ekspresinya dalam perjuangan politik. Akhirnya mengakibatkan pertumbuhan yang cepat dari suatu ekonomi kapitalis dan munculnya berbagai kepentingan baru. Hal telah dipaparkan secara jelas dalam Encyclopedia Diderot dan d’ Alembert , yang ditujukan tidak untuk tidak hanya sekedar penyajian terakhir dari pengetahuan modern, namun pembelaan khusus dari pengetahuan modern, namun suatu pembelaan khusus dari pengetahuan social, dan suatu sumbangan bagi kemajuan gerakan demokratis.
Selama abad kesembilan belas, teori social menjadi lebih berhubungan secara baik sekali dengan doktrin-doktrin politik dan dengan gerakan-gerakan social yang bertujuan untuk menimbulkan perubahan-perubahan besar di dalam organisasi masyarakat. Pada satu sisi para teoritisi social menjadi sangat bersungguh-sungguh memusatkan perhatiannya terhadap apa yang mereka bayangkan sebagai masalah politik yang utama pada zaman mereka dan pada sisi yang lain, teori-teori social itu sendiri sampai dilihat di dalam cara yang terbaru sebagai suatu dasar yang penting dari doktrin-doktrin politik dan yang menyediakan elemen-elemen yang dapat dimasukkan secara langsung pada program-program dari gerakan-gerakan social dan partai-partai.
Penemuan itu adalah tentang ide bahwa kaum proletar merupakan factor social dan politik yang paling penting di dalam masyarakat modern. Penemuan ini selanjutnya membawa Marx pada suatu analisa akan situasi dari kaum proletar berkenaan dengan milik, produksi, dan pertukaran serta pada penonjolan perjuangna kelas sebagai elemen dinamis yang utama di dalam kehidupan social.
Dalam hal ini, Tom Bottomore mengungkapkan dengan gayanya yang menolak kemungkinan perluasan pengetahuan social yang obyektif dengan alas an ada perbedaan yang mencolok antara obyek-obyek penelitian ilmu pengetahuan alam dan ilmu pengetahuan social.Masyarakat, katanya, bukanlah struktur luar yang pasti, yang tidak bisa mengubah, tindakan dan kesadaran manusia dalam beberapa cara yang biasa dapat diketahui dan dapat diduga.
Tom Bottomore juga berpendapat bahwa pembangunan social ekonomi dan pencuatannya dalam perjuangan politik telah menjadi demikian penting. Dengan kata lain, dengan munculnya masalah-masalah praktis dari kepentinan-kepentingan social yang baru telah melahirkan pemikiran yang sistematis tentang sifat masyarakat dan politik pada tempat pertama, dan para teoritisi masyhur dari masa sosiologi klasik akhir abad kesembilan belas dan awal abad kedua puluh, misalnya, semua orang mengembangkan ide-ide mereka di dalam kerangka komitmen poliik atau orietasi nilai. Pada dasawarsa terakhir kita telah mengalami, di dalam penilaian Bottomore, suatu pencarian ide-ide yang lebih tua ketimbang suatu semburan yang kreatif, dan merosotnya kehidupan politik saat itu tampaknya telah pula mendorong keterbatasan dan kegelisahan para teoritisi. Namun, ia juga melihat sinar di kaki langit dalam bentuk gerakan-gerakan protes orang Eropa.
Di penghujung uraiannya, Bottomore memita untuk diperhatikannya filsafat yang telah ikut ambil bagian dalam pengembangan ilmu social pada dasawarsa-dasawarsa yang lalu; dan pada salah seorang pengecam dasar-dasar positivistis yang paling masyhur yang banyak terdapat dalam pengetahuan social yang juga merupakan penjelas alternative hermeneutis yaitu Charles Taylor, yang uraian terakhirnya membicarakan adanya kemungkinan peranan teori di dalam meruntuhkan atau memperkuat dan biasanya menyusun sifat dan tindakan-tindakan kita. Berbagai teori mempunyai efek ini, ia tetap berharap untuk membuktikan bahwa teori-teori ini tak pernah bisa menjadi factor yyang tidak terlalu menmentukan berbagai tindakan. Peranan teori ini menurutnya adalah untuk membedakan ilmu pengetahuan social dengan ilmu pengetahuan alam, karena ilmu-ilmu itu bukanlah obyek-obyek yyang kurang lebih bebas, melainkan merupakan bagian yang menyusun atau mengubah obyk-obyek mereka. Persoalan selanjutnya adalah pengesahan teori sehubungan dengan tidak adanya test atau aplikasi empiris yang sederhana. Pengesahan katanya, hanya bisa datang dari efek-efek tindakan, kalau tindakan itu bersifat waskita bagi pelaku. Akan tetapi kemungkinan untuk berangan-angan, meski untuk diri sendiri, menjadi sangat besar. Tidak ada cara yang sederhana yang memungkinkan tercapainya pemahaman social yang waskita.

C. perkiraan, Tindakan, dan Nilai-nilai Obyektivitas Ilmu-Ilmu Sosial
Apabila Bottomore berpendapat bahwa pengesahan ,hanya bisa datang dari efek-efek tindakan, kalau tindakan itu bersifat waskita bagi pelaku. Akan tetapi kemungkinan untuk berangan-angan, meski untuk diri sendiri, menjadi sangat besar. Tidak ada cara yang sederhana yang memungkinkan tercapainya pemahaman social yang waskita, maka bagi Amartya Sen ada kebutuhan yang sangat besar dari ilmu pengetahuan social yang factual terhadap cara untuk mempertimbangkan pernyataan-pernyataan social dan politik yang penting yang ia sebut sebagai kebutuhan ilmu sosial. Ia berharap bisa mempertahankan gagasan akan “pengetahuan social yang obyektif” dengan mencoba mengupayakan melalui perbuatan perbedaan-perbedaan penting di antara perhitungan dan tindakan , atau antara kebenaran dan kebajikan. Dari sana ia berharap bisa menemui obyektivitas bahkan kejujuran, yang menghimpun peristiwa-peristiwa dan proses-proses politik.
Namun begitu, hal ini tidaklah cukup karena kita juga perlu tahu bahwa perhitungan tersebut adalah baik, dan tergantung pada pernyataan apa yang kita harapkan bisa diperhitungkan. Oleh karena itu, tegasnya, kita mempunyai suatu use-interest di dalam perhitungan. Tindakan, di lain fihak merupakan sesuatu yang sarat nilai-nilai yang mencakup upaya praktek ilmiah dan pembuatan pernyataan. Inilah masalah ilmu pengetahuan alam seperti halnya juga pengetahuan social. Pengetahuan social mungkin bisa menjelaskan kebenaran dan kebajikan dari berbagai pernyataan, tapi sudah tentu ia tidak dapat menceritakan kepada kita kenapa tindakan – tindakan itu dilakukan, selain juga tidak menyediakan pertimbangan-pertimbangan nilai tentang mereka.

D. Teori Sosial, Pengertian Sosial, dan Tindakan Politik
Masalahnya bukannya teori-teori di atas harus mendukung praktek sosialnya seperti yang disepakati oleh Charles Taylor dan Amartya Sen, tapi sebagaiman ditegaskan oleh Jhon Dunn, semua yang dimiliki harus bisa menjembatani jurang pemisah antara pemahaman social kita dengan pengetahauan kita tentang sejarah modern. Karena baginya manusia bukanlah sesuatu yang sederhana tetapi perlu dipelajari bahkan harus dipelajari secara mendalam. Kita semua mungkin harus menjadi para teoritisi amatir, sekalipun hasrat terhadap ilmu pengetahuan social yang sesungguhnya telah pernah menghasilkan dosis-dosis yang lebih berarti ketimbang pembentukan teori sebab-akibat yang professional (yang di dalam konteks kepercayaan yang diyakini bahwa dunia tidaklah mungkin bisa difahami secara fundamental), yang dalam pandangannya menuju ke suatu pernyataan yang mencerminkan kemabukan ideologis. Sebagai teoritisi amatir ini kita nantinya diharapkan menemukan dasar pemikiran bahwa setiap manusia mempunyai sedikit banyaknya teoritisi social resmi yang homogen, atau seperangkat teori social. Seperti Habermas, ia percaya bahwa para teoritisi social sedikit banyak harus mengerti tentang teori dan filsafat secara utuh dan memperhatikan konsepsi diri yang dipegang oleh dirinya asendiri. Jurang pemisah antara pemahaman terhadap diri sendiri dan orang lain harus ditutup.
Hanya dengan cara ini, tegasnya, teori dapat melayani praktek dengan lebih baik. Kesimpulan ini dikaitkan secara langsung oleh Dunn pada politik orang-orang Inggris modern yang sebelumnya pernah dicoba dengan teori-teori resmi yang tidak saja menimbulkan penderitaan besar ( karena tak adanya integritas social dan sintesa ideology yang bermoral , sehingga muncullah kekerasan bagi yang benar), tetapi juga penyurutan atas kemungkinan-kemungkinan kerjasama social. Apa yang dibutuhkan, menurut keyakinannya adalah kesederhanaan dan pandangan terhadap wewenang politik yang lebih demokratis serta penutupan jurang-jurang pemisah antara teori-teori resmi, amatir, dan professional.

E. Marxisme dan Komunisme
Akhirnya, pertautan antara teori Marxis dan praktek komunis merupakan masalah yang abadi bagi para ilmuwan social dan praktisi politik. Dalam uraian yang terakhir, Wlodzimiers Bruss mempersoalkan relevansi pandangan teoritis Marxis yang kritis untuk memahami dari mencari suatu use-value bagi para praktisi politik di Negara-negar tersebut. Ia menegaskan bahwa kondisi yang penting dari hal ini adalah pengakuan bahwa Negara-negara tersebut sarat dengan kecenderungan dan kekuatan yang saling bertentangan dan begitulah Marxisme, suatu teori yang baik asal muasalnyamaupun sifatnya sama mengandung berbagi kontradiksi social, sekalipun kemudian ia mampu menawarkan pengertian-pengertian tertentu pada para pembaharu.

Tidak ada komentar: